-->

Debat Islam dengan Agama Lain, Bolehkah?

Islam melarang cacian, makian dan saling membenci. Bagaimana dengan debat antar agama? Bukankah hal tersbut berpotensi terjadinya perpecahan antar umat beragama? Simak konsultasi berikut!

Da'i Ambassador

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Saya termasuk orang yang tidak senang berkonflik dengan siapa pun. Saya mencoba sekuat tenaga mengamalkan apa yang saya ketahui dari agama kita, Islam.

Sebagaimana yang kita ketahui, Islam sangat menjunjung tinggi perdamaian dan akhlak. Bukan hanya itu, Islam juga menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Mungkin hampir semua orang muslim hafal ayat tentang toleransi Beragama, khususnya surat Al-Kafirun.

Namun yang membuat saya agak kurang nyaman adalah perdebatan agama antar Islam dengan agama lain. Yang saya perhatikan di sosial media, video perdebatan Islam dengan agama lain lalu cacian dan makian di kolom komentar.

Menurut saya, acara debat agama tidak boleh ada lagi. Masalah keimanan dan hidayah adalah urusan Allah. Untuk apa agama diperdebatkan? Yang ada hanya kebencian dan perpecahan antar anak bangsa. Bahasa binatang dan kata-kata kotor seringkali muncul di kolom komentar. Bukankah Islam mengajarkan kesantunan?

Maaf Ustaz, ini menurut saya pribadi ya. Melalui forum ini saya ingin bertanya, bagaimana Islam memandang perdebatan teologis antar umat beragama? Apakah boleh? 

Demikian pertanyaan saya dan mohon maaf apabila ada tutur kata saya yang salah.

Terima kasih.

Wassalam Wr Wb.

Jawaban:

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Pertanyaan yang sangat bagus dan kita semua berharap seluruh umat Islam memperhatikan hal ini.

Menurut kami, agama yang benar adalah agama yang tidak bisa dikritik dan dikalahkan oleh argumen apapun dan dari siapapun. Agama adalah murni ajaran yang datang dari Tuhan melalui pesan yang disampaikan oleh utusan Tuhan. Sang utusan mendapatkan ajaran atau pesan tersebut melalui perantara malaikat. Pesan atau ajaran tersebut termuat dalam kitab suci.

Jika diringkas, agama harus:

1.  Ada tuhannya

2.  Ada kitab sucinya

3.  Ada rasul atau nabinya.

Nah, tiga unsur tadi tidak boleh ada cacat sedikitpun dan tidak boleh kalah dengan argumen rasional. Benarkah konsep ketuhanannya? Benarkah kitab suci dan syariatnya? Benarkah ada rasulnya? Adakah satu saja kelemahan dalam syariatnya? Jika ada, pasti bukan agama. Sudah pasti yang kalah itu bukan dari tuhan! Jika ada yang kalah, pasti bukan agama dan dipastikan ajaran tersebut adalah hasil pola pikir manusia, budaya atau yang paling parah adalah khayalan manusia saja.

Masing-masing agama seharusnya berhak untuk mempertahankan eksistensinya dan siap mendebat para penggugatnya. Dalam Islam, Al-Qur’an sendiri menantang para penggugatnya dengan terang-terangan kok! Inilah bukti otentik dan objektifnya Islam! Berikut salah satu ayatnya:

وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ.

“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Baqarah: 23).

Dan sampai detik ini bahkan sampai kiamat sekalipun, tidak akan pernah ada yang berhasil menggugat keaslian Al-Qur’an sebagai kitab suci.

Selain itu, Allah juga mempersilakan siapa saja yang mencoba menggugat atau menemukan kelemahan dalam ajaran Islam baik secara konseptual atau praktikal. Baik kesalahan atau kecacatan dari segi teologis, hukum, sejarah, moral dan hal lain sekecil apapun. Jika memang ditemukan adanya kesalahan, pasti ada ayat-ayat Al-Qur’an yang saloing kontradiksi dalam menyampaikan ajarannya. Dan nyatanya, sampai detik ini dan kapanpun tidak akan ada seorang pun yang dapat menggugatnya. Berikut ayatnya:

 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَٰفًا كَثِيرًا.

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (Q.S. An-Nisa: 82).

Dan perdebatan memang pasti dan sudah ada sejak dulu kala. Lihatlah bagaimana para nabi dan rasul menjawab semua pertanyaan yang bersifat nyinyir dan sinis dari para pembencinya!

Perdebatan agama tidak dilarang selama dilaksanakan dengan baik, objektif dan santun. Untuk konteks sekarang, perdebatan antar agama lebih banyak disebut dengan Diskusi Ilmiah Teologi atau istilah lainnya. Yang namanya diskusi tidak boleh ada cacian, makian dan hinaan. Yang dibolehkan adalah adu argumen yang kuat dengan penuh kesantunan.

Coba perhatikan ayat ini:

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125).

Selain argumentatif, dalam diskusi antar agama juga tidak boleh merendahkan atau menghina ajaran agama lain. Berikut ayatnya:

وَلَا تَسُبُّوا۟ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّوا۟ ٱللَّهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ.

Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. “Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am: 108).

Singkatnya, debat antar agama itu boleh selama dilaksanakan dengan baik, argumentatif, objektif, berakhlak dan tanpa merendahkan siapapun. Masalah menang atau kalah, itu tergantung dari perspektif audien secara individual. 

Justru debat ilmiah antar agama merupakan salah satu sarana dakwah yang paling efektif. Dalam debat itulah sisi kebenaran dan keindahan Islam dalam semua aspek disampaikan dan diharapkan banyaknya mualaf seperti yang sedang gencar di belahan Eropa.

Wallahu A’lam


Foto : Freepik

Bagikan Konten Melalui :