Tadabbur Q.S. An-Nas
Surat ini termasuk golongan Makiyah menurut Qatadah. Adapun menurut Ibn Abbas RA, Mujahid dan Atha’ termasuk golongan Madaniyah

Surat ini termasuk golongan Makiyah menurut Qatadah. Adapun menurut Ibn Abbas RA, Mujahid dan Atha’ termasuk golongan Madaniyah. Berjumlah 20 kata dan 79 huruf (jumlah hurufnya sama dengan surat Al-Falaq). Adapun jumlah ayatnya, terdapat perbedaan penghitungan diantara ulama qira'at. Berjumlah 7 ayat menurut ulama qira'at Makki dan Syami. Adapun ulama lainnya, menghitungnya 6 ayat. Letak perbedaannya adalah pada kata (الخناس).[1]
Untuk lebih memperjelas, kita rinci sebagai berikut:
Yang menghitung 6 ayat, seperti pada mushaf yang kita baca sehari-hari:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ﴿١﴾
مَلِكِ ٱلنَّاسِ ﴿٢﴾
إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ﴿٣﴾
مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ ﴿٤﴾
ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ﴿٥﴾
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ﴿٦﴾
Adapun yang menghitung 7 ayat, sebagaimana ulama Makki dan Syami, sebagai berikut:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ﴿١﴾
مَلِكِ ٱلنَّاسِ ﴿٢﴾
إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ﴿٣﴾
مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ﴿٤﴾
ٱلْخَنَّاسِ ﴿٥﴾
ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ﴿٦﴾
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ (٧
Sababun Nuzul:
Sebab turun surat An-Nas ini sama dengan Surat Al-Falaq. Dua surat ini disebut Al-Mu’wwidzatain (dua surat perlindungan). Berikut informasi yang dapat dikutip dari Imam Al-Wahidi.[2]
Ada seorang pemuda Yahudi menjadi pelayan Rasulullah Saw. Lalu orang-orang Yahudi mempengaruhi pemuda itu dengan gencarnya hingga pemuda itu mau menuruti kemauan mereka. Maka ia mengambil beberapa buah gigi sisir yang biasa dipakai oleh beliau Saw., setelah itu barang tersebut ia serahkan kepada orang-orang Yahudi lalu mereka menyihir Nabi Saw melalui benda itu, dan orang yang melakukannya adalah salah seorang dari mereka yang dikenal dengan nama Ibnu A'sam. Kemudian kedua barang tersebut ia tanam di dalam sebuah sumur milik Bani Zuraiq yang dikenal dengan nama Zirwan. Maka Rasulullah Saw. mengalami sakit dan rambut beliau kelihatan rontok. Beliau tinggal selama enam bulan seakan-akan mendatangi istri-istrinya, padahal kenyataannya tidak, dan beliau kelihatan gelisah dan tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya.
Ketika beliau sedang tidur, tiba-tiba ada dua malaikat datang kepadanya. Maka salah seorangnya duduk di dekat kepalanya, sedangkan yang lain duduk di dekat kakinya. Malaikat yang ada di dekat kakinya bertanya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Apakah yang dialami oleh lelaki ini?" Ia menjawab, "Pengaruh Tib." Yang ada di dekat kakinya bertanya, "Apakah Tib itu?" Ia menjawab, "Sihir." Yang ada di dekat kakinya bertanya "Siapakah yang menyihirnya?" Ia menjawab, "Labid Ibnul A'sam, seorang Yahudi." Malaikat yang ada di dekat kakinya bertanya, "Dengan apakah ia menyihirnya?" Ia menjawab, "Dengan rambutnya dan gigi sisirnya." Yang ada di dekat kakinya bertanya, "Di manakah hal itu diletakkan?" Ia menjawab, "Di dalam mayang kurma jantan di bawah batu yang ada di dalam sumur Zirwan."
Maka Rasulullah Saw terbangun dalam keadaan terkejut, lalu bersabda: Hai Aisyah, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah telah menceritakan kepadaku tentang penyakitku ini.
Lalu Rasulullah Saw. menyuruh Ali, Az-Zubair, dan Ammar ibnu Yasir untuk mengeringkan sumur tersebut; maka mereka bertiga mengeringkan sumur itu, yang airnya kelihatan seakan-akan seperti warna pacar (merah). Mereka bertiga mengangkat batu itu dan mengeluarkan mayang kurma yang ada di bawahnya. Maka ternyata di dalamnya terdapat beberapa helai rambut Rasulullah Saw. dan beberapa gigi sisirnya, dan tiba-tiba di dalamnya terdapat benang yang berbuhul (mempunyai ikatan) sebanyak dua belas ikatan yang ditusuk dengan jarum.
Maka Allah menurunkan dua surat Mu'awwizatain, dan setiap kali Rasulullah Saw membaca suatu ayat dari kedua surat tersebut, beliau merasa agak ringan, hingga terlepaslah semua ikatan benang itu dan bangkitlah beliau seakan-akan baru terlepas dari ikatan. Sedangkan Jibril a.s. mengucapkan: Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dari orang yang dengki dan pandangan mata yang jahat; semoga Allah menyembuhkanmu.
Setelah itu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami menangkap orang yang jahat itu dan membunuhnya?" Rasulullah Saw. menjawab:
“Diriku telah disembuhkan oleh Allah, dan aku tidak suka menimpakan keburukan terhadap orang lain.”
Tafsir:
Ayat 1
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ﴿١﴾
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia.”
Melalui ayat ini, Allah mengajarkan Rasulullah SAW dan umatnya untuk selalu berlindung kepada-Nya yang merupakan Tuhannya manusia, yang memelihara dan mengatur segala yang ada di alam semesta. Dialah Allah, Pencipta kita yang Maha Mengetahui setiap kelemahan, kegelisahan, dan kebutuhan kita sebagai makhluk-Nya. Hanya kepada-Nya kita dapat menggantungkan harapan, karena hanya Dia yang memahami kita sepenuhnya, lebih daripada siapa pun.
Ayat ini juga mengingatkan kita agar tidak menjadikan sesama manusia sebagai sandaran utama dalam hidup. Manusia adalah makhluk yang sama seperti kita, yang juga penuh dengan keterbatasan. Mereka bukan Tuhan yang mampu memberikan pertolongan sejati. Semua bantuan yang datang melalui tangan manusia, sesungguhnya adalah karunia Allah yang mengalir melalui mereka. Berobat, berusaha, dan mencari solusi adalah bagian dari ikhtiar, namun jangan pernah kita lupakan bahwa kesembuhan dan keberhasilan itu datang dari Allah semata.
Dengan menyebut diri-Nya sebagai Rabbun Nas (Tuhan manusia), Allah menunjukkan betapa Dia memuliakan kita sebagai umat manusia, meski pada kenyataannya, Dia adalah Tuhan bagi seluruh makhluk dan alam semesta. Ini adalah bentuk kasih sayang-Nya yang luar biasa, mengingatkan kita untuk selalu kembali kepada-Nya dalam setiap langkah kehidupan.[3]
Ayat 2:
مَلِكِ ٱلنَّاسِ ﴿٢﴾
“Raja manusia.”
Dialah Raja yang sesungguhnya. Adapun kerajaan atau kekuasaan yang dijabat manusia, sejatinya adalah pemberian dari Sang Rajanya Manusia, Allah SWT. Allah berfirman:
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ.
“Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali Imran: 26).
Hendaklah kalian, wahai seluruh manusia, berindunglah kepada Allah, Rajanya manusia. Dialah Sang Raja yang tidak pernah tergantikan selamanya. Dialah Sang Raja yang titah-Nya tidak bisa ditentang! Dialah Raja yang perlindungan-Nya bersifat tetap dan tidak terbatas. Jika kalian bisa meminta suatu suaka kepada seorang Presiden atau Raja yang suatu saat tergantikan karena mangkat, lalu kenapa kalian tidak meminta perlindungan kepada Malikin Nas??
Ayat 3:
إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ﴿٣﴾
Sembahan (Tuhan) manusia.”
Dialah satu-satunya Tuhan yang harus disembah manusia. Ayat ini menegaskan kita untuk menjauhi segala bentuk kesyirikan. Jangan pernah menjadikan siapa pun, selain Allah, sebagai sekutu-Nya. Manusia harus menyembah Tuhannya, bukan manusia lainnya. Hanya kepada Allah kita menggantungkan harapan dan menyerahkan segala urusan.
Ayat 4 dan ayat 5:
مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ﴿٥﴾
(4). “Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi.”
(5). “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
Inilah bentuk perlindungan yang harus diminta manusia, yaitu perlindungan Allah dari jahatnya bisikan setan yang tidak tampak oleh mata. Ia akan selalu berbisik di hati manusia yang lalai kepada Allah. Artinya, jika kita ingin menghindari bisikan tersebut, hati kita harus terus terkoneksi kepada Allah, sebagaimana riwayat (atsar) dari Said Ibn Jubair:
إِذَا ذَكَرَ الْإِنْسَانُ رَبَّهُ خَنَسَ الشَّيْطَانُ وَوَلَّى، فَإِذَا غَفَلَ وَسْوَسَ إليه.[4]
"Apabila seseorang mengingat Tuhannya, maka syaitan akan mundur dan pergi. Namun apabila ia lalai, maka syaitan akan membisikkan (godaan) kepadanya."
Ayat 6:
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ﴿٦﴾
“Dari (golongan) jin dan manusia."
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Tafsir Al-Wajiz menjelaskan ayat ini sebagai berikut:
المسوس من الجان خلق مستتر لا يعلم به أحد إلا الله تعالى. فشيطان الجن و هو الجان الشرير, يوسوس فى صدور الناس. و من الناس الذين يوسوسون بالسوء. فشيطان الإنس ان يرى نفسه كالناصح, ثم يدس فى كلامه السوء. [5]
"Setan dari kalangan jin adalah makhluk yang tersembunyi, yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah SWT. Setan dari kalangan jin, merupakan jin yang jahat yang selalu membisikkan hati manusia. Dan ada juga di antara manusia yang membisikkan keburukan. Setan manusia ini memperlihatkan dirinya seperti seorang penasihat, namun ia menyelipkan keburukan dalam perkataanya."
Melalui ayat ini, hendaklah kita waspada kepada orang-orang yang seolah-olah memberi nasihat kepada kita dan ternyata nasihatnya adalah nasihat palsu yang menjerumuskan kita menuju langkah setan, Berhati-hatilah dan lebih selektif dalam memilih orang yang akan kita minta nasihat atau pendapatnya.
Wallahu A’lam.
[1] Abu Amr Ad-Dani, Al-Bayan Fi Add I Ayil Qur’an, Markaz Al-Makhtuthat Wa At-Turats Wa Al-Watsa’iq, Kuwait, 1414 H, Hal. 298.
[2] ] Al-Wahidi, Asbab Nuzul Al-Qur’an, Dar Al-Kitab Al-Jadid Cetakan pertama, 1389 H, Hal. 513.
[3] Lihat Tafsir Al-Munir Wahbah Zuhaili, Dar Al-Fikr, Damaskus, Cetakan ke-10, 1430 H, Juz 30 Hal. 481.
[4] Atsar tersebut dikutip dari Tafsir Mafath Al-Ghaib Imam Ar-Razi, Dar Al-Fikr, Beirut, Cetakan Pertama, 1401 H, Juz 32, Hal. 197.
[5] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wajiz, Dar Al-Fikr, Damaskus, Cetakan Ke-2, 1415 H, Hal. 606.